JEJAK KERAJAAN KUTAI


Kutai Kartanegara: Dari Asal-usul Nama Hingga Jejak Kerajaan


Jakarta,( kbn lipanri )

Sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara secara resmi ditetapkan sebagai ibu kota negara baru. Kabupaten Kutai Kartanegara dulunya pernah jadi pusat kerajaan Kutai. Begini ulasan singkat jejak sejarah kerajaan di Kutai Negara.

Asal-Usul Nama

Kabaputen Kutai Kartanegara merupakan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki luas 27.263,10 km2. Merujuk buku berjudul 'Pusat Kerajaan Kutai Kartanegara Abad XIII - XVII dalam Pembangunan' karya Ni Komang Ayu Astiti, nama Kutai Kartanegara diambil dari bahasa Sansekerta dan catatan kitab Negarakertagama. Dalam bahasa Sansekerta Karta artinya membuat peraturan. Sedangkan Negara artinya adalah negara, ibu kota dan kerajaan. Nama Kartanegara ini konon diambil dari nama Raja Singosari ( Prabu Siliwangi/Maharaja Singsingamangaraja V ).




Untuk nama Kutai sendiri, menurut catatan kitab Negarakertagama adalah Tanjung Kute. Tanjung Kute merupakan negara vasal (negara kekuasaan) kerajaan Majapahit di Kalimantan. Para pedagang Cina melafalkan kata Kutai dengan Kho-Thay, yang mana Kho artinya kerajaan dan Thay artinya besar. Orang India menyebutnya Quetairy yang artinya hutan belantara.

Dua Kerajaan Berdiri di Kutai Kartanegara

Masih berdasarkan buku karya Ni Komang Ayu Astiti, di Kabupaten Kutai Kartanegara pernah berdiri dua kerajaan dengan nama Kutai. Kerajaan pertama adalah Kutai Mulawarman atau Kutai Martadipura yang berdiri sekitar awal abad ke-5 masehi. Kerajaan kedua adalah kerajaan Kutai Kartanegara yang berdiri pada abad ke-13 masehi dengan pusat kerajaan di Jaitan Layar, Hilir Sungai Mahakam. Tepatnya, kerajaan ini terletak di desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana.

FOTO Kutai Kartanegara: Dari Asal-usul Nama Hingga Jejak Kerajaan : Buku Salsilah Kutai (Dok. Kemendikbud)


Menurut Salasilah Kutai, raja Kerajaan Kutai Kartanegara bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Sementara itu, ketika kerajaan Kutai Kartanegara dipimpin oleh Pangeran Aji Dipati Tua pada tahun 1715 hingga 1745, pusat kerajaan di Jaitan Layar mengalami kekacauan karena kerap jadi sasaran perampok 'Lamun Solok'.
Itulah sebabnya, pusat kerajaan kemudian dipindahkan lebih ke hulu Sungai Mahakam yaitu Pamarangan (Jembayan). Di Jembayan, situasi pusat kerajaan pun berangsur membaik dan aman dari serangan para perampok.

Selain itu, penempatan pusat kerajaan Kutai Kartanegara di sekitar muara sungai jadi cirikhas kerajaan bercorak Islam dan maritim. Akibat letak yang strategis ini, kerajaan Kutai Kartanegara jadi lalu lintas perdagangan pada masa itu.
Dilansir dari Antara, Kabupaten Kutai Kartanegara kini memiliki tujuh situs lama bersejarah yang menyimpan berbagai cerita dan mitos menarik terkait dua kerajaan tersebut, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik untuk mengunjunginya.

Selain itu, situs ini juga jadi tujuan para peziarah. ratusan peziarah khususnya pada Sabtu-Minggu, hari-hari libur nasional, serta menjelang bulan puasa, memadati situs lama makam Raja Kutai Lama yang berlokasi di Desa Kutai Lama Anggana, Kutai Kartanegara.

Untuk tata tertib bagi peziarah sendiri, telah dituangkan dalam surat Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura Drs Adji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soryo Adiningrat No 003/SEK-KD/KK/I/2009.
Peziarah biasanya datang dalam jumlah rombongan dengan membawa berbagai makanan untuk selamatan. Maka biasa pun telah disediakan pendopo selamatan keramat Kutai Lama.

Jika berbagai makanan yang dibawa sudah dimasak dari rumah, maka akan langsung di prosesi untuk doa bersama sesuai hajat mereka yang dipimpin oleh pengurus adat Kutai Lama.

Prosesi selanjutnya peziarah akan naik ke area makam kedua raja, dengan membawa makanan yang telah dibungkus untuk selanjutnya usai didoakan oleh juru kunci makam, akan dibagikan bagi puluhan anak maupun orang dewasa yang sudah antre.( limber sinaga )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Presiden Jokowi Berharap Pendamping Desa Sumut Bangun SDM Desa

Wali Kota Hadiri Pembukaan Festival Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang